JAKARTA- Aksi demonstrasi penolakan harga BBM di depan gedung DPR berlangsung ricuh. Polisi beranggapan peserta aksi sudah melakukan tindakan pidana yaitu berulah brutal dan melampaui batas unjuk rasa.
"Unjuk rasa ini sudah menuju tindak pidana. Yang ditangkap semuanya dalam pemeriksaan. Kita pidana," kata Kapolda Polda Metro Jaya Irjen Untung S Rajab di DPR Sabtu (30/3/2012) malam.
Ditambahkannya, aksi para demonstran juga sudah melanggar tindak pidana karena sudah melakukan pengrusakan. "Aksi ini sudah brutal, merobohkan pagar dan minta masuk ke depan. Lalu dalam UU unjuk rasa itu maksimal aksi sampai jam 18.00 WIB," jelasnya.
Terpisah, Kepala Biro Operasional Polda Metro Jaya Kombes Agung Budi Maryoto menerangkan kronologisnya. Saat langkah persuasif polisi dilakukan, peserta aksi malah melakukan perlawanan dengan melemparkan bom molotov dan menyiramkan air keras
"Kita sudah komitmen jam aksi sampai 19.00 WIB, dan kita juga sudah mengajak ngobrol," katanya
Pihak polisi juga mencoba berbincang dengan para peserta aksi. "Kita juga sudah kasih air. Tiba-tiba ada yang melempar batu," jelasnya.
Polisi langsung membubarkan paksa para peserta aksi. Polisi menggunakan baracuda, water cannon dan tembakan gas air mata. Peserta aksi terpisah, ada yang membubarkan diri ke arah Semanggi dan ada yang ke arah Slipi. Hingga akhirnya, suasana kembali kondusif sekira pukul 22.00 WIB.
(ugo)
FAKTOR PENYEBAB KONFLIK DAN STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK
FAKTOR PENYEBAB KONFLIK
1. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Asumsi setiap orang memiliki kecenderungan tertentu dalam menangani konflik.
Terdapat 5 kecenderungan:
• Penolakan: konflik menyebabkan tidak nyaman
• Kompetisi: konflik memunculkan pemenang
• Kompromi: ada kompromi & negosiasi dalam konflik untuk meminimalisasi kerugian
• Akomodasi: ada pengorbanan tujuan pribadi untuk mempertahankan hubungan
• Kolaborasi: mementingkan dukungan & kesadaran pihak lain untuk bekerja bersama-sama.
STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK
Pendekatan penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :
1. Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.
2. Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
3. Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lkain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
4. Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.
5. Penghindaran
Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.
INTERAKSI WIN –WIN
Berpikir Menang-Menang merupakan sikap hidup, suatu kerangka berpikir yang menyatakan : “Saya dapat menang, dan demikian juga Anda, kita bisa menang”. Berpikir Menang-Menang merupakan dasar untuk dapat hidup berdampingan dengan orang lain. Berpikir Menang-Menang dimulai dengan kepercayaan bahwa kita adalah setara, tidak ada yang di bawah ataupun di atas orang lain. Hidup bukanlah kompetisi. Mungkin kita memang menjumpai bahwa dunia bisnis, sekolah, keluarga, olah raga adalah dunia yang penuh kompetisi, tetapi sebenarnya kita sendirilah yang menciptakan dunia kompetisi. Hidup sebenarnya adalah relasi dengan orang lain. Berpikir Menang-Menang bukanlah berpikir tentang Menang-Kalah, Kalah-Menang, atau pun Kalah –Kalah.
1. Win-Lose (Menang – Kalah).
Paradigma ini mengatakan jika “saya menang, anda kalah “. Dalam gaya ini seseorang cenderung menggunakan kekuasaan, jabatan, mandat, barang milik, atau kepribadian untuk mendapatkan apa yang diinginkan dengan mengorbankan orang lain. Dengan paradigma ini seseorang akan merasa berarti jika ia bisa menang dan orang lain kalah. Ia akan merasa terancam dan iri jika orang lain menang sebab ia berpikir jika orang lain menang pasti dirinya kalah. Jika menang pun sebenarnya ia diliputi rasa bersalah karena ia menganggap kemenangannya pasti mengorbankan orang lain. Pihak yang kalah pun akan menyimpan rasa kecewa, sakit hati, dan merasa diabaikan.
Sikap Menang-Kalah dapat muncul dalam bentuk :
Menggunakan orang lain , baik secara emosional atau pun fisik, untuk kepentingan diri.
Mencoba untuk berada di atas orang lain.
Menjelek-jelekkan orang lain supaya diri sendiri nampak baik.
Selalu mencoba memaksakan kehendak tanpa memperhatikan perasaan orang lain.
Iri dan dengki ketika orang lain berhasil
2. Lose-Win (Kalah – Menang).
Dalam gaya ini seseorang tidak mempunyai tuntutan, visi, dan harapan. Ia cenderung cepat menyenangkan atau memenuhi tuntutan orang lain. Mereka mencari kekuatan dari popularitas atau penerimaan. Karena paradigma ini lebih mementingkan popularitas dan penerimaan maka menang bukanlah yang utama. Akibatnya banyak perasaan yang terpendam dan tidak terungkapkan sehingga akan menyebabkan penyakit psikosomatik seperti sesak napas, saraf, gangguan sistem peredaran darah yang merupakan perwujudan dari kekecewaan dan kemarahan yang mendalam.
3. lose-Lose (Kalah – Kalah)
Biasanya terjadi jika orang yang bertemu sama-sama punya paradigma Menang-Kalah. Karena keduanya tidak bisa bernegosiasi secara sehat, maka mereka berprinsip jika tidak ada yang menang , lebih baik semuanya kalah. Mereka berpusat pada musuh, yang ada hanya perasaan dendam tanpa menyadari jika orang lain kalah dan dirinya kalah sama saja dengan bunuh diri.
4. Win (Menang)
Orang bermentalitas menang tidak harus menginginkan orang lain kalah. Yang penting adalah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang bermentalitas menang menjadi egois dan akan mencapai tujuannya sendiri. Jika hal ini menjadi pola hidupnya maka ia tidak akan bisa akrab dengan orang lain, merasa kesepian, dan sulit kerja sama dalam tim.
5. Win-Win (Menang-Menang)
Menang-Menang adalah kerangka pikiran dan hati yang terus menerus mencari keuntungan bersama dalam semua interaksi. Menang-Menang berarti mengusahakan semua pihak merasa senang dan puas dengan pemecahan masalah atau keputusan yang diambil. Paradigma ini memandang kehidupan sebagai arena kerja sama bukan persaingan. Paradigma ini akan menimbulkan kepuasan pada kedua belah pihak dan akan meningkatkan kerja sama kreatif.
Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :
• meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
• keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
• perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
• kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
• dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut:
• Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
• Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk "memenangkan" konflik.
• Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.
• Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari konflik.
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :
• Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
• Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
• Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
• Koonflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
• Konflik antar atau tidak antar agama
• Konflik antar politik.
• Cara-cara Pemecahan konflik
• Usaha manusia untuk meredakan pertikaian atau konflik dalam mencapai kestabilan dinamakan “akomodasi”. Pihak-pihak yang berkonflik kemudian saling menyesuaikan diri pada keadaan tersebut dengan cara bekerja sama. Bentuk-bentuk akomodasi :
• 1. Gencatan senjata, yaitu penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu, guna melakukan suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya : untuk melakukan perawatan bagi yang luka-luka, mengubur yang tewas, atau mengadakan perundingan perdamaian, merayakan hari suci keagamaan, dan lain-lain.
• 2. Abitrasi, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga yang memberikan keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak. Kejadian seperti ini terlihat setiap hari dan berulangkali di mana saja dalam masyarakat, bersifat spontan dan informal. Jika pihak ketiga tidak bisa dipilih maka pemerintah biasanya menunjuk pengadilan.
• 3. Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan yang mengikat. Contoh : PBB membantu menyelesaikan perselisihan antara Indonesia dengan Belanda.
• 4. Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih sehingga tercapai persetujuan bersama. Misalnya : Panitia tetap penyelesaikan perburuhan yang dibentuk Departemen Tenaga Kerja. Bertugas menyelesaikan persoalan upah, jam kerja, kesejahteraan buruh, hari-hari libur, dan lain-lain.
• 5. Stalemate, yaitu keadaan ketika kedua belah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang seimbang, lalu berhenti pada suatu titik tidak saling menyerang. Keadaan ini terjadi karena kedua belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur. Sebagai contoh : adu senjata antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa Perang dingin.
• 6. Adjudication (ajudikasi), yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.
• Adapun cara-cara yang lain untuk memecahkan konflik adalah :
• 1. Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik, yang diungkapkan dengan ucapan antara lain : kami mengalah, kami keluar, dan sebagainya.
• 2. Subjugation atau domination, yaitu orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar untuk dapat memaksa orang atau pihak lain menaatinya. Sudah barang tentu cara ini bukan suatu cara pemecahan yang memuaskan bagi pihak-pihak yang terlibat.
• 3. Majority rule, yaitu suara terbanyak yang ditentukan melalui voting untuk mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan argumentasi.
• 4. Minority consent, yaitu kemenangan kelompok mayoritas yang diterima dengan senang hati oleh kelompok minoritas. Kelompok minoritas sama sekali tidak merasa dikalahkan dan sepakat untuk melakukan kerja sama dengan kelompok mayoritas.
• 5. Kompromi, yaitu jalan tengah yang dicapai oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik.
• 6. Integrasi, yaitu mendiskusikan, menelaah, dan mempertimbangkan kembali pendapat-pendapat sampai diperoleh suatu keputusan yang memaksa semua pihak.
http://andrie07.wordpress.com/2009/11/25/faktor-penyebab-konflik-dan-strategi-penyelesaian-konflik/
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Konflik#_
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Konflik#section_8
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Penyelesaian_konflik
Pendapat
Indonesia dikenal oleh dunia sebagai negara demokrasi terbesar setelah Amerika Serikat dan India. Indonesia dianggap sukses mengawal demokrasi. Perubahan dari negara otoriter di era Soeharto menjadi negara yang demokrasi. Keberhasilan tersebut mendapat appaluse dan acungan jempol dari negara luar.
Namun bagi Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Jenderal TNI (Purn) Wiranto dalam dialog Merah Putih kerjasama antara Perum LKBN Antara, LPP RRI dan LPP TVRI mengatakan demokrasi adalah cara bukan tujuan. Demokrasi yang ideal itu adalah cara untuk mencapai kesejahteraan rakyat bukan sebagai pencitraan pemerintah. Demokrasi yang hanya bertumpu kepada pencitraan adalah kepalsuan.
“Demokrasi bukan mencari pencitraan dan applause dari dunia Internasional. Apakah kebanggaan dan applause itu bisa mengenyangkan perut rakyat. Itu demokrasi yang absolut dan tidak real. Demokrasi tumbuh kepada kepalsuan dan keberhasilan yang tidak real. Dan itu tidak akan mencapai tujuan yang sesungguhnya,
Demokrasi yang dipahami oleh rakyat, kata Wiranto, adalah dapat mensejahterakan kehidupan rakyat, biaya sekolah murah. Rakyat tidak memahami apa yang dilakukan oleh elit politik.
Sementara itu terkait dengan maraknya parlemen jalanan seperti penolakan rencana pemerintah menaikan harga BBM, menurut dia adalah wajar apabila dilakukan secara tertib dan sesuai dengan prosedural yang berlaku. Demokrasi dengan hukum harus seimbang dan berjalan beriringan.
Apabila demokrasi lebih kuat daripada penegakan hukum maka yang terjadi adalah kebebasan dalam menyampaikan pendapat dan berujung tindakan anarkis. Begitu pula sebaliknya apabila hukum lebih kuat daripada demokrasi maka negara berada pada sistem yang otoriter.
“Hukum dan demokrasi harus berjalan seimbang karena berujung kepada demokrasi yang mampu menciptakan pemerataan dan keadilan ekonomi, mengkompromikan antara hak dan kewajiban. Demokrasi itu antara kebebasan dan keterikatan dalam hukum dan kompromi antara kemajemukan dan persatuan bangsa,
“Bangsa Indonesia saat ini baru mencari format demokrasi yang baik seperti apa. Demorkasi itu tidak harus sama,
-
▼
2012
(27)
-
▼
April
(14)
- Teori Kepemimpinan
- SEMINAR "POTENSI AGRIBISNIS,PROSPEK DAN KEMUDAHAN ...
- SEMINAR "SELAMAT TINGGAL BANK KONVENSIONAL"
- Seminar SMART WAY TO GET A JOB AND DEVELOP CAREER
- lirik lagu Zivilia "setia"
- lirik lagu ST12 Cinta tak harus memiliki
- Blackforest Caramel Cream Cake
- The Real Black Forest
- Resep Kue Ulang Tahun (Tart Coklat Kacang)
- Black Forest Cake
- KEPEMIMPINAN
- Kasih
- Konflik antar organisasi dan manajemen konflik
- Tentang wanita
-
▼
April
(14)
Diberdayakan oleh Blogger.
www.studentsite.gunadrama.ac.id
Pengikut
Mengenai Saya
Blogroll
About
Archives
Blogger templates
Blogger news
-
▼
2012
(27)
-
▼
April
(14)
- Teori Kepemimpinan
- SEMINAR "POTENSI AGRIBISNIS,PROSPEK DAN KEMUDAHAN ...
- SEMINAR "SELAMAT TINGGAL BANK KONVENSIONAL"
- Seminar SMART WAY TO GET A JOB AND DEVELOP CAREER
- lirik lagu Zivilia "setia"
- lirik lagu ST12 Cinta tak harus memiliki
- Blackforest Caramel Cream Cake
- The Real Black Forest
- Resep Kue Ulang Tahun (Tart Coklat Kacang)
- Black Forest Cake
- KEPEMIMPINAN
- Kasih
- Konflik antar organisasi dan manajemen konflik
- Tentang wanita
-
▼
April
(14)
About Me
Blog Archive
MUSIK ONE STOP
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar